Senin, 30 Juli 2012

METHODS OF HISTORICAL RESEARCH

Metode Penelitian Sejarah

      Metode penelitian sejarah lazim juga disebut metode sejarah. Metode itu sendiri berarti cara, jalan, atau petunjuk teknis. Metode disini dapat dibedakan dari metodologi, sebab metodologi adalah " science of methods", yakni ilmu yang membicarakan jalan. Adapun yang dimaksud dengan penelitian menurut Florence M.A. Hilbish (1952), adalah penyelidikan yang seksama dan teliti terhadap suatu masalah, atau untuk menyokong atau menolak suatu teori. Oleh karena itu, metode sejarah dalam pengertiannya yang umum adalah penyelidikan atas suatu masalah dengan mengaplikasikan jalan pemecahannya dari perspektif historis.
      Pengertian yang lebih khusus, sebagaimana dikemukakan Gilbert J Garraghan (1957:33), bahwa metode penelitian sejarah adalah seperangkat aturan dan prinsip sistematis untuk mengumpulkan sumber-sumber sejarah secara efektif, menilainya secara kritis, dan mengajukan sintesis dari hasil-hasil yang dicapai dalambentuk tertulis. Senada dengan pengertian ini, Louis Gottschalk (1983:32) menjelaskan metode sejarah sebagai proses menguji dan menganalisis kesaksian sejarah guna menemukan data yang otentik dan dapat dipercaya, serta usaha sintesis atas data semacam itu menjadi kisah sejarah yang dapat dipercaya.
      Berdasarkan pengertian di atas, para ahli ilmu sepakat untuk menetapkan empat kegiatan pokok di dalam cara meneliti sejarah. Istilah-istilah yang dipergunakan bagi keempat langkah itu berbeda-beda tetapi makna serta maksudnya sama. Gottschalk (1983:18) misalnya, mensistematisasikan langkah-langkah itu sebagai berikut:
  • 1. Pengumpulan objek yang berasal dari suatu zaman dan pengumpulan bahan-bahan tertulis dan lisan yang relevan;
  • 2. Menyingkirkan bahan-bahan (atau bagian-bagian daripadanya) yang tidak otentik;
  • 3. Menyimpulkan kesaksian yang dapat dipercaya berdasarkan bahan-bahan yang otentik;
  • 4. Penyusunan kesaksian yang dapat dipercaya itu menjadi kisah atau penyajian yang berarti.
    Secara lebih ringkas, setiap langkah ini berturut-turut biasa juga diistilahkan dengan heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Sebelum keempat langkah ini sebenarnya ada satu kegiatan penting, yang oleh Kuntowijoyo (1995:98) ditambahkannya menjadi lima tahap penelitian sejarah yaitu pemilihan topik dan rencana penelitian.

Referensi : Metode Penelitian Sejarah oleh Dudung Abdurrahman.

Kamis, 19 Juli 2012

MENGHILANGKAN RASA TAKUT GAGAL

      Takut mengalami kegagalan bisa membuat orang tidak mau berusaha sama sekali. Kegagalan memang terasa menyakitkan. Akan tetapi, kegagalan kadangkala juga diperlukan. Kegagalan itu, kalau kita bersedia belajar, merupakan indikasi bahwa apa yang kita lakukan belumlah benar, bahwa untuk berhasil kita perlu mengubah pendekatan, cara berpikir atau strategi lama dengan yang lebih tepat dan lebih sesuai dengan kenyataan.
       Kegagalan janganlah kita anggap sebagai batu sandungan. Sebaliknya, kegagalan harus dilihat sebagai batu loncatan untuk bertindak dengan lebih bijaksana. Kita perlu memakai perhitungan yang matang sehingga hasilnya pun lebih efektif. Kita perlu melihat kegagalan sebagai cambuk untuk lebih berhati-hati dan mempersiapkan diri dengan sebaik mungkin di masa mendatang.
       Kegagalan yang sesungguhnya adalah kalau kita tidak bersedia lagi untuk mencoba hal baru. Kegagalan demikian sangat merusak karena membuat seseoarang tidak berani mencoba lagi dan terus berusaha sampai berhasil. Sebagai akibatnya, seseorang akan memghindari segala macam usaha dan tidak mau menangung resiko apapun. Sikapnya menjadi apatis, dia hanya akan diam saja karena rasa takut gagal terus menghantuinya. Pandangan tentang masa depan menjadi kabur. Ini akan melumpuhkan seseoarang dan menghilangkan sama sekali semangat untuk hidup dengan baik. Akhirnya dia hanya menjadi korban keadaan perasaannya sendiri.
         

Kamis, 12 Juli 2012

LEARNING AND TEACHING STRATEGIES

METODE PEMBELAJARAN

            Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru untuk menyampaikan pelajaran kepada siswa. Karena penyampaian itu berlangsung dalam interaksi edukatif, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dipergunakan oleh guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Dengan demikian metode pembelajaran merupakan alat untuk menciptakan proses belajar mengajar.
             Mengingat mengajar pada hakekatnya merupakan upaya guru dalam menciptakan situasi belajar, metode yang digunakan oleh guru harus mampu menumbuhkan berbagai kegiatan belajar bagi siswa sehubungan dengan kegiatan mengajar. Dengan kata lain, proses belajar mengajar merupakan proses interaksi edukatif antara guru yang menciptakan suasana belajar dan siswa yang memberi respons terhadap usaha guru tersebut.
                Metode pembelajaran yang ditetapkan guru memungkinkan siswa banyak belajar proses (learning by process), bukan hanya belajar produk (learning by product). Belajar produk pada umumnya hanya menekankan pada segi kognitif, sedangkan belajar proses dapat memungkinkan tercapainya tujuan belajar dari segi kognitif, afektif maupun psikomotor. Oleh karena itu pembelajaran harus diarahkan untuk mencapai sasaran tersebut, yaitu lebih banyak menekankan pembelajaran melalui proses. Gagne dan Riggs dalam hal ini melihat pentingnya proses belajar siswa secara aktif dalam pembelajaran. Jadi yang penting dalam pembelajaran bukan upaya guru menyampaikan materi pembelajaran, tetapi bagaimana siswa dapat mempelajari materi pembelajaran sesuai dengan tujuan. Upaya guru merupakan serangkaian peristiwa yang dapat mempengaruhi siswa belajar. Hal ini berarti peranan guru berubah dari yang semula sebagai penyaji materi pembelajaran, menjadi pemberi pengaruh dan pemberi kemudahan untuk terjadinya proses belajar siswa.
        Proses pembelajaran menuntut guru dalam merancang berbagai metode pembelajaran yang memungkinkan terjadinya proses pembelajaran pada diri siswa. Rancangan ini merupakan acuan dan panduan baik bagi guru itu sendiri maupun bagi siswa. Keaktifan dalam pembelajaran tercermin dari kegiatan baik yang dilakukan guru maupun siswa dengan menggunakan ciri-ciri berikut ini:
  • Adanya keterlibatan siswa dalam menyusun atau membuat perencanaan, proses pembelajaran, dan evaluasi.
  • Adanya keterlibatan intelektual emosional siswa, baik melalui kegiatan mengalami, menganalisis, berbuat dan pembentukan sikap.
  • Adanya keikutsertaan siswa secara kreatif dalam menciptakan situasi yang cocok untuk berlangsungnya proses pembelajaran.
  • Guru bertindak sebagai fasilitator dan koordinator kegiatan belajar siswa, bukan sebagai pengajar yang mendominasi kegiatan kelas.
  • Biasanya menggunakan berbagai metode, media, dan alat secara bervariasi.

Rabu, 11 Juli 2012

CIRI-CIRI TES YANG BAIK

     Menurut Suharsimi Arikunto bahwa suatu tes dikatakan sebagai alat pengukur yang baik jika memiliki validitas, reliabilitas, objektivitas, praktikabilitas, dan ekonomis.
1. Validitas
     Sebuah tes dikatakan memiliki validitas apabila tes itu dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur. Artinya, tes yang diberikan kepada peserta didik harus dapat menjadi alat ukur terhadap tujuan yang sudah ditentukan sebelum tes dilaksanakan.
2. Reliabilitas
     Reliabilitas berasal dari kata reliability, reliable yang artinya dapat dipercaya, berketetapan. Sebuah tes dikatakan memilki reliabilitas apabila hasil-hasil tes tersebut menunjukkan ketetapan. Artinya, jika peserta didik diberikan tes yang sama pada waktu yang berlainan maka setiap siswa akan tetap berada pada urutan yang sama dalam kelompoknya.
3. Objektivitas
     Objektivitas dalam pengertian sehari-hari berarti tidak mengandung unsur pribadi. Kebalikannya adalah subjektivitas, yang berarti terdapat unsur pribadi. Jadi, sebuah tes dikatan objektif apabila tes itu dilaksanakan dengan tidak ada faktor pribadi yang mempengaruhi, terutama pada sistem scoring.
4. Praktikabilitas
     Sebuah tes dikatakan memilki praktikabilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis. Artinya, tes itu mudah dilaksanakan, mudah pemeriksaannya, dan dilengkapi dengan petunjuk yang jelas sehingga dapat diberikan atau diawali oleh orang lain dan juga mudah dalam membuat administrasinya.
5. Ekonomis
     Tes memilki sebutan ekonomis apabila pelaksanaan tes itu tidak membutuhkan ongkos atau biaya yang mahal, tenaga yang banyak, dan waktu yang lama.

Jumat, 06 Juli 2012

HASIL BELAJAR

     Bloom (1956) mengemukakan tiga ranah hasil belajar yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Untuk aspek kognitif, Bloom menyebutkan enam tingkatan yaitu: pengetahuan, pemahaman, pengertian, aplikasi, analisa, sintesa dan evaluasi. Berdasarkan uraian di atasdapat disimpulkan bahwa pada dasarnya proses belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku secara keseluruhan baik yang menyangkut segi kognitif, afektif maupun psikomotor. Proses perubahan dapat terjadi dari yang paling sederhana sampai pada yang paling kompleks yang bersifat pemecahan masalah, dan pentingnya peranan kepribadian dalam proses serta hasil belajar.
     Adapun Bloom yang banyak mendapat pengaruh dari Carrot dalam "Model of School Learning"-nya berusaha untuk mengatakan sejumlah kecil variabel yang besar pengaruhnya terhadap hasil belajar Thesis Central Model. Bloom mengatakan bahwa variasi dalam "Cognitive Entry Behaviours" dan "Afektif Entry Characteristics" dan kualitas pengajaran menentukan hasil belajar, Bloom yakin bahwa variabel kualitas pengajaran yang tercermin dalam penyajian bahan petunjuk latihan (tes formatif), proses balikan dan perbaikan penguatan partisipasi siswa harus sesuai dengan kebutuhan siswa. Secara umum hasil belajar siswa dipengaruhi oleh faktor internal yaitu faktor-faktor yang ada dalam diri siswa dan faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang berada diluar diri siswa.
     Yang tergolong faktor internal adalah:
  1. Faktor fisiologis atau jasmani individu baik bersifat bawaan maupun yang diperoleh dengan melihat, mendengar, struktur tubuh, cacat tubuh dan sebagainya.
  2. Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun keturunan, yaitu meliputi:
  • faktor intelektual terdiri atas: faktor potensial yaitu intelegensi dan bakat, dan faktor aktual yaitu kecakapan nyata dan prestasi.
  • faktor non intelektual terdiri atas: komponen-komponen kepribadian tertentu seperti sikap, minat, kebiasaan, motivasi, kebutuhan, konsep diri, penyesuaian diri, emosional dan sebagainya.
      3. Faktor kematangan baik fisik maupun psikis.

      Yang tergolong faktor eksternal adalah:
  1. Faktor sosial yang terdiri atas faktor lingkungan keluarga, faktor lingkungan sekolah, faktor lingkungan masyarakat dan faktor kelompok.
  2. Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan dan teknologi, kesenian dan sebagainya.
  3. Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim dan sebagainya
  4. Faktor spiritual atau lingkungan keagamaan.
     Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi secara langsung atau tidak langsung dalam mempengaruhi hasil belajar yang dicapai seseorang. Karena adanya faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu motivasi berprestasi, intelegensi dan kecemasan.

Daftar Pustaka: Drs Daryanto dan Drs Muljo Rahardjo ST, M.Pd dalam Metode Pembelajaran Inovatif. 2012.