Selasa, 16 April 2013

Voetbal, Volksraad, dan Hari Sepakbola Hindia Belanda

Klub sepakbola dijadikan alat kampanye politik itu bukan barang baru. Jauh sebelum era Indonesian Super League, yang meliberalisasi praktik politisasi sepakbola, sepakbola sudah lazim menjadi alat kampanye.

Untuk menengok perulangan sejarah itu, kita bisa menengok kembali ke masa yang jauh, pada 1917, nyaris 100 tahun sebelum Alex Noerdin meng-Golkar-kan stadion Jakabaring di Palembang dengan serentetan gambar dirinya yang terpampang sejak dari tiket sampai papan iklan di pinggir lapangan.

Di suratkabar De Sumatra Post edisi 15 November 1917, saya menemukan sepucuk berita berjudul "Deli, de Volksraad en de Voetbal" (Deli, Dewan Perwakilan Rakyat dan Sepakbola). Kendati eksemplar De Sumatra Post yang saya temukan itu sudah buram dan di sana-sini tak terbaca, khusus berita berjudul "Deli, de Volksraad en de Voetbal" itu masih relatif jelas terbaca.

Dan di situ saya menemukan bagaimana sebuah klub sepakbola menawarkan dirinya menjadi bagian dari kampanye pemilihan anggota Volksraad. Nama klub itu adalah "Boeih Merdeka". Beberapa kandidat anggota Volksraad yang disebut dalam berita itu adalah Mr. Baradja, T. Moesa dan Dr. Abdul Rasjid. Nama yang terakhir itu akhirnya berhasil menjadi anggota Volksraad mewakili Sumatera Utara dan karier politiknya terus bertahan sampai kedatangan Jepang.

Sebenarnya tidak mengherankan jika Abdul Rasjid memanfaatkan sepakbola sebagai bagian penting kampanyenya. Saat masih bersekolah di STOVIA (sekolah kedokteran di masa kolonial), dia aktif bermain sepakbola bersama rekan-rekan di sekolahnya. Tak hanya main bola, dia juga menjadi pengurus klub sepakbola STOVIA. Seperti yang sudah ditulis dalam artikel Genealogi Sepakbola Indonesia bagian 5, STOVIA adalah klub yang diperkuat para pemain bumiputera pertama yang ikut kompetisi pertama yang pernah digelar di Jawa pada 1904.

Di suratkabar Het Nieuws van den Dag voor Nederlandsch-Indie edisi 30 Agustus 1907, ada berita mengenai struktur kepengurusan klub sepakbola STOVIA. Dalam berita itu terlihat Abdul Rasjid menjadi Commissarissen van Materiaal (yang mengurus segala alat-alat dan perlengkapan). Selain Abdul Rasjid, nama lain yang menjadi Commissarissen van Material di klub STOVIA adalah Sam Ratulangi, orang Minahasa yang kelak menjadi tokoh penting dalam sejarah Indonesia.

Di Volksraad, Abdul Rasjid dikenal sebagai anggota Fraksi Nasional yang gigih mengkampanyekan penggunaan bahasa Indonesia dalam sidang-sidang di Volksraad. Pada periode 1938-1939, ada 7 anggota Volksraad yang menggunakan bahasa Indonesia yaitu Soangkupon, Suroso, Wirjopranoto, Jahja Datoek Kajo, Abdul Rasjid, MH Thamrin, dan Otto Iskandar Dinata [lihat buku Jahja Datoek Kajo: Pidato Otokritik di Volksraad 1927-1929, hal. 35].

Dan tahukah Anda, 2 nama terakhir setelah Abdul Rasjid yang saya sebutkan di atas (MH Thamrin dan Otto Iskandar Dinata) adalah para politisi yang sangat aktif mengurusi sepakbola, bahkan jauh lebih aktif daripada Abdul Rasjid.

MH Thamrin tak mungkin dipisahkan dari VIJ (cikal bakal Persija kelak). Dia bukan hanya secara rutin menonton pertandingan VIJ, tapi juga mengurusi banyak hal yang menjadi keperluan Persija, tak terkecuali lapangan sepakbola.

Para Politisi Main Bola

Ketertarikan para tokoh di masa kolonial terhadap sepakbola sudah cukup banyak diceritakan. Bagaimana Sukarno, Hatta, Sjahrir dan Tan Malaka bermain bola sudah banyak dikutip dalam berbagai kesempatan.

Artikel di atas sudah menguraikan bagaimana Dr. Abdul Rasyid, MH Thamrin, Otto Iskandar Dinata sampai Sam Ratulangi bermain bola. Masih banyak lagi tokoh-tokoh penting di masa itu yang gemar main bola.

Berikut beberapa di antaranya, seperti disarikan kolega kami Jajang Nurjaman (@jjgnurjaman) dari berbagai sumber:

Dickie de Hoog
Lahir dengan nama Frederik Hermanus de Hoog pada tahun 1881, akrab dengan nama Dickie de Hoog. Dicky adalah salah seorang anggota Volksraad sejak tahun 1923 mewakili Indo-Europeesch Verbond (Ikatan Indo-Eropa). Sebelum menjadi anggota volksraad, Dickie merupakan seorang pemain penyerang tengah dari klub E.C.A Surabaya yang pertama kali mempropagandakan permainan samenspel atau teamwork.

Dia berpendapat bahwa dalam pemainan sepakbola yang terpenting bukanlah menonton tuan X atau tuan Y yang sedang menggiring bola atau mencetak gol, tetapi untuk memperlihatkan bagaimana sebuah kesebelasan dengan kerjasama timnya dan beraksi di lapangan lalu mencetak gol. Ia juga berpendapat bahwa permainan teamwork lebih membawa hasil dalam suatu pertandingan dibandingkan dengan permainan individu. Juga dalam kehidupan sebenarnya, kebutuhan individu memang pertama-tama harus dicukupi terlebih dahulu namun pada hakikatnya kebersamaan dan kehidupan bersama akan mendatangkan hasil yang lebih baik.

Karier Dickie sebagai pemain sepakbola tidak banyak diceritakan, bagian terpenting dalam sepakbola di Hindia Belanda adalah ia turut andil menyelamatkan sepak bola dalam masa kevakuman ketika sebagian besar pemain sepakbola di Hindia Belanda kembali ke Eropa, ia bersama dengan saudaranya Edgar, terus memainkan sepakbola dan terus melatih kemampuannya.

Pemain ini akhirnya lebih memutuskan untuk berkarier di bidang politik dengan menjadi anggota volksraad, bukan berarti ia melupakan sepakbola. Pada pencanangan hari sepakbola, ia berujar, ide pencanangan hari sepakbola adalah ide yang bagus untuk menyelenggarakan banyak pertandingan sepakbola dalam satu hari untuk para pengangguran, dan ini menurut saya adalah rencana yang dapat direalisasikan.

Karel Wybrands
Siapa yang tidak kenal dengan tetralogi Pulau Buru karya Pramoedya Ananta Toer? Wybrands berperan besar dalam karier Tirto (sosok yang menjadi prototipe karakter Minke dalam tetralogi Buru karya Pram itu). Pada masa awal Tirto berkenalan dengan dunia jurnalistik, Wybrands-lah yang menjadi gurunya di dunia jurnalistik.

Sosok Wybrands yang memimpin Nieuws van den dag voor Nederlandsch Indie ini juga berperan dalam persepakbolaan di Hindia Belanda. Kompetisi yang dimulai di Batavia pada tahun 1904 merupakan kompetisi yang paling awal ada di ranah sepakbola Hindia Belanda. Nama Wybrands kemudian menjadi nama piala yang diperebutkan dalam kompetisi ini, yaitu de Wybrands Beker.

R.A.A Wiranatakoesoema
Tokoh ini adalah mantan bupati (regent) Bandung dan juga merupakan anggota volksraad. Wiranatakoesoema berperan sebagai pendobrak olahraga sepakbola untuk pribumi. Pria yang juga dikenal dengan nama R. Muharram ini menjadi anggota volksraad tahun 1931. Dia juga pernah menjabat sebagai bupati Cianjur pada tahun 1912. Ia sosok jenius di zamannya dan kadang dianggap sebagai perwujudan Prabu Siliwangi di masa modern.

Wiranatakoesoema sudah dididik di ranah olahraga ketika ia pernah menjadi siswa di Gymnasium Willem III dan menjadi anggota klub HHS yang merupakan bagian dari klub VIOS.

Ketika ia sedang liburan ke Cianjur, ia memperkenalkan olahraga sepakbola kepada pemuda-pemuda di sana. Ketika itu sepakbola belum terkenal di Cianjur. Bahkan, menurut ajaran Islam yang dipercaya masyarakat Cianjur adalah permainan ini dianggap sebagai permainan yang haram. Namun akhirnya Wiranatakoesoema meluruskan hal ini dan akhirnya sepakbola bisa diterima di kalangan bumiputra.

Sewaktu ia menjabat sebagai pegawai negeri di Tasikmalaya, ia juga memperkenalkan olahraga sepakbola ini, ia berhasil membangkitkan permainan yang sebelumnya tidak dikenal oleh warga Tasikmalaya. Sewaktu ia menjabat bupati Bandung, ia mempromosikan sepakbola sampai ke distrik-distrik di wilayah Bandung. Selain itu, Wiranatakoeosoema juga tercatat sebagai pengurus dari klub terkenal Bandung, U.N.I.

Selain tokoh-tokoh di atas, masih banyak lagi tokoh politik lainnya yang terlibat dalam sepakbola pada masa Hindia Belanda, antara lain J. Bijleveld (pemain Go Ahead Semarang dan pendiri klub ini), lalu nama lain yang berasal dari militer Mayor Jendral Max Bajetto yang masa mudanya bermain untuk klub B.V.C, atau juga controleur Rembang yang kemudian menjadi Gubernur Jawa Barat Schnitzler yang pernah menjadi kapten di salah satu klub sepakbola di Hindia Belanda.

Sumber:  http://sport.detik.com/aboutthegame/read/2013/04/16/152130/2221733/1497/voetbal-volksraad-dan-hari-sepakbola-hindia-belanda?b99220170