Senin, 11 Juni 2012

Penguasa Orde Baru adalah Orang Wonogiri


Berkat Andong, Bertemu dengan Siti Hartinah

Mantan penguasa Orde Baru, Soeharto, memang dilahirkan 8 Juni 1921 di Kemusu, Yogyakarta. Namun, semenjak orangtuanya bercerai Soeharto dititipkan di rumah pamannya di Wuryantoro, Wonogiri.
Ia mengenyam di Sekolah Rakyat (SR) yang dulu menjadi tempat Soeharto kecil menimba ilmu kini telah berubah menjadi SDN 1 Wuryantoro dengan bangunan baru. Tak ada lagi sisa bangunan tua atau setidaknya menandakan bahwa dulu mantan penguasa 32 tahun itu pernah sekolah di tempat tersebut. Hanya satu bangku dan kursi sekolah yang kini menjadi saksi, kini disimpan di Museum Wayang Wuryantoro.
Di belakang museum, ada satu sumur dan satu kolah (bak tampungan air-red) dari batu direkat dengan pasir merah dan gamping khas bangunan zaman dulu. “Kolah ini yang membuat juga Pak Harto saat usia remaja. Dia tinggal di sini sejak usia tujuh tahun hingga lulus SMP,” kata Katimin (49), penjaga museum, Jumat (8/6).
Museum itu dulunya adalah rumah paman Soeharto, Raden Ngabei Prawirowihardjo, seorang Pak Bei Tani (mantri pertanian-red). Istrinya, adalah adik kandung dari ibu Soeharto, Sukirah. Sejak ayah Soeharto, Panjang alias Kertosudiro bercerai dengan Sukirah, Soeharto kecil diangkat anak oleh pamannya. “Bapak dari Pak Harto menikah tiga kali. Pak Harto hasil dari perkawinan pernikahan kedua. Bisa dikatakan sejak usia tujuh tahun hingga akhirnya masuk tentara (PETA-red), dia tinggal di Wuryantoro,” lanjut dia.
Di Wuryantoro, Soeharto yang kelahiran Yogyakarta itu bertemu dengan Siti Hartinah (Bu Tien-red). Hartinah adalah anak dari Wedana Wuryantoro saat itu. Sebagai anak ningrat, Hartinah sering naik andong milik ayahnya. Saat itu, Soeharto sering naik di belakang andong dan berbincang dengan Hartinah. Perkenalan sejak kecil itu akhirnya berujung pada pernikahan antar keduanya setelah Soeharto menjadi tentara.
Saat usia SMP dan sekolah di Wonogiri Kota, Soeharto juga masih sering bertemu Hartinah. Kebetulan, Hartinah juga sempat ikut dengan saudaranya di wilayah Pokoh. Sengaja ingin bertemu, Soeharto kerap menunggu Hartinah di masjid yang kini menjadi Masjid Agung At Taqwa di sebelah barat alun-alun kabupaten.

Berita diambil dari harian Joglosemar, Sabtu 9 Juni 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar