Klub sepakbola dijadikan alat kampanye politik itu bukan barang baru.
Jauh sebelum era Indonesian Super League, yang meliberalisasi praktik
politisasi sepakbola, sepakbola sudah lazim menjadi alat kampanye.
Untuk
menengok perulangan sejarah itu, kita bisa menengok kembali ke masa
yang jauh, pada 1917, nyaris 100 tahun sebelum Alex Noerdin
meng-Golkar-kan stadion Jakabaring di Palembang dengan serentetan gambar
dirinya yang terpampang sejak dari tiket sampai papan iklan di pinggir
lapangan.
Di suratkabar De Sumatra Post edisi 15 November 1917, saya menemukan sepucuk berita berjudul "Deli, de Volksraad en de Voetbal"
(Deli, Dewan Perwakilan Rakyat dan Sepakbola). Kendati eksemplar De
Sumatra Post yang saya temukan itu sudah buram dan di sana-sini tak
terbaca, khusus berita berjudul "Deli, de Volksraad en de Voetbal" itu masih relatif jelas terbaca.
Dan di situ saya menemukan bagaimana sebuah klub sepakbola menawarkan dirinya menjadi bagian dari kampanye pemilihan anggota Volksraad. Nama klub itu adalah "Boeih Merdeka". Beberapa kandidat anggota Volksraad
yang disebut dalam berita itu adalah Mr. Baradja, T. Moesa dan Dr.
Abdul Rasjid. Nama yang terakhir itu akhirnya berhasil menjadi anggota Volksraad mewakili Sumatera Utara dan karier politiknya terus bertahan sampai kedatangan Jepang.
Sebenarnya
tidak mengherankan jika Abdul Rasjid memanfaatkan sepakbola sebagai
bagian penting kampanyenya. Saat masih bersekolah di STOVIA (sekolah
kedokteran di masa kolonial), dia aktif bermain sepakbola bersama
rekan-rekan di sekolahnya. Tak hanya main bola, dia juga menjadi
pengurus klub sepakbola STOVIA. Seperti yang sudah ditulis dalam artikel Genealogi Sepakbola Indonesia bagian 5,
STOVIA adalah klub yang diperkuat para pemain bumiputera pertama yang
ikut kompetisi pertama yang pernah digelar di Jawa pada 1904.
Di suratkabar Het Nieuws van den Dag voor Nederlandsch-Indie
edisi 30 Agustus 1907, ada berita mengenai struktur kepengurusan klub
sepakbola STOVIA. Dalam berita itu terlihat Abdul Rasjid menjadi Commissarissen van Materiaal (yang mengurus segala alat-alat dan perlengkapan). Selain Abdul Rasjid, nama lain yang menjadi Commissarissen van Material di klub STOVIA adalah Sam Ratulangi, orang Minahasa yang kelak menjadi tokoh penting dalam sejarah Indonesia.
Di Volksraad,
Abdul Rasjid dikenal sebagai anggota Fraksi Nasional yang gigih
mengkampanyekan penggunaan bahasa Indonesia dalam sidang-sidang di Volksraad. Pada periode 1938-1939, ada 7 anggota Volksraad
yang menggunakan bahasa Indonesia yaitu Soangkupon, Suroso,
Wirjopranoto, Jahja Datoek Kajo, Abdul Rasjid, MH Thamrin, dan Otto
Iskandar Dinata [lihat buku Jahja Datoek Kajo: Pidato Otokritik di Volksraad 1927-1929, hal. 35].
Dan
tahukah Anda, 2 nama terakhir setelah Abdul Rasjid yang saya sebutkan
di atas (MH Thamrin dan Otto Iskandar Dinata) adalah para politisi yang
sangat aktif mengurusi sepakbola, bahkan jauh lebih aktif daripada Abdul
Rasjid.
MH Thamrin tak mungkin dipisahkan dari VIJ (cikal bakal
Persija kelak). Dia bukan hanya secara rutin menonton pertandingan VIJ,
tapi juga mengurusi banyak hal yang menjadi keperluan Persija, tak
terkecuali lapangan sepakbola.
Para Politisi Main Bola
Ketertarikan para
tokoh di masa kolonial terhadap sepakbola sudah cukup banyak
diceritakan. Bagaimana Sukarno, Hatta, Sjahrir dan Tan Malaka bermain
bola sudah banyak dikutip dalam berbagai kesempatan.
Artikel di
atas sudah menguraikan bagaimana Dr. Abdul Rasyid, MH Thamrin, Otto
Iskandar Dinata sampai Sam Ratulangi bermain bola. Masih banyak lagi
tokoh-tokoh penting di masa itu yang gemar main bola.
Berikut beberapa di antaranya, seperti disarikan kolega kami Jajang Nurjaman (@jjgnurjaman) dari berbagai sumber:
Dickie de Hoog
Lahir
dengan nama Frederik Hermanus de Hoog pada tahun 1881, akrab dengan
nama Dickie de Hoog. Dicky adalah salah seorang anggota Volksraad sejak
tahun 1923 mewakili Indo-Europeesch Verbond (Ikatan
Indo-Eropa). Sebelum menjadi anggota volksraad, Dickie merupakan seorang
pemain penyerang tengah dari klub E.C.A Surabaya yang pertama kali
mempropagandakan permainan samenspel atau teamwork.
Dia
berpendapat bahwa dalam pemainan sepakbola yang terpenting bukanlah
menonton tuan X atau tuan Y yang sedang menggiring bola atau mencetak
gol, tetapi untuk memperlihatkan bagaimana sebuah kesebelasan dengan
kerjasama timnya dan beraksi di lapangan lalu mencetak gol. Ia juga
berpendapat bahwa permainan teamwork lebih membawa hasil dalam
suatu pertandingan dibandingkan dengan permainan individu. Juga dalam
kehidupan sebenarnya, kebutuhan individu memang pertama-tama harus
dicukupi terlebih dahulu namun pada hakikatnya kebersamaan dan kehidupan
bersama akan mendatangkan hasil yang lebih baik.
Karier Dickie
sebagai pemain sepakbola tidak banyak diceritakan, bagian terpenting
dalam sepakbola di Hindia Belanda adalah ia turut andil menyelamatkan
sepak bola dalam masa kevakuman ketika sebagian besar pemain sepakbola
di Hindia Belanda kembali ke Eropa, ia bersama dengan saudaranya Edgar,
terus memainkan sepakbola dan terus melatih kemampuannya.
Pemain ini akhirnya lebih memutuskan untuk berkarier di bidang politik dengan menjadi anggota volksraad,
bukan berarti ia melupakan sepakbola. Pada pencanangan hari sepakbola,
ia berujar, ide pencanangan hari sepakbola adalah ide yang bagus untuk
menyelenggarakan banyak pertandingan sepakbola dalam satu hari untuk
para pengangguran, dan ini menurut saya adalah rencana yang dapat
direalisasikan.
Karel Wybrands
Siapa yang tidak kenal dengan tetralogi Pulau Buru
karya Pramoedya Ananta Toer? Wybrands berperan besar dalam karier Tirto
(sosok yang menjadi prototipe karakter Minke dalam tetralogi Buru karya
Pram itu). Pada masa awal Tirto berkenalan dengan dunia jurnalistik,
Wybrands-lah yang menjadi gurunya di dunia jurnalistik.
Sosok Wybrands yang memimpin Nieuws van den dag voor Nederlandsch Indie
ini juga berperan dalam persepakbolaan di Hindia Belanda. Kompetisi
yang dimulai di Batavia pada tahun 1904 merupakan kompetisi yang paling
awal ada di ranah sepakbola Hindia Belanda. Nama Wybrands kemudian
menjadi nama piala yang diperebutkan dalam kompetisi ini, yaitu de
Wybrands Beker.
R.A.A Wiranatakoesoema
Tokoh ini adalah mantan bupati (regent)
Bandung dan juga merupakan anggota volksraad. Wiranatakoesoema berperan
sebagai pendobrak olahraga sepakbola untuk pribumi. Pria yang juga
dikenal dengan nama R. Muharram ini menjadi anggota volksraad
tahun 1931. Dia juga pernah menjabat sebagai bupati Cianjur pada tahun
1912. Ia sosok jenius di zamannya dan kadang dianggap sebagai perwujudan
Prabu Siliwangi di masa modern.
Wiranatakoesoema sudah dididik
di ranah olahraga ketika ia pernah menjadi siswa di Gymnasium Willem
III dan menjadi anggota klub HHS yang merupakan bagian dari klub VIOS.
Ketika
ia sedang liburan ke Cianjur, ia memperkenalkan olahraga sepakbola
kepada pemuda-pemuda di sana. Ketika itu sepakbola belum terkenal di
Cianjur. Bahkan, menurut ajaran Islam yang dipercaya masyarakat Cianjur
adalah permainan ini dianggap sebagai permainan yang haram. Namun
akhirnya Wiranatakoesoema meluruskan hal ini dan akhirnya sepakbola bisa
diterima di kalangan bumiputra.
Sewaktu ia menjabat sebagai
pegawai negeri di Tasikmalaya, ia juga memperkenalkan olahraga sepakbola
ini, ia berhasil membangkitkan permainan yang sebelumnya tidak dikenal
oleh warga Tasikmalaya. Sewaktu ia menjabat bupati Bandung, ia
mempromosikan sepakbola sampai ke distrik-distrik di wilayah Bandung.
Selain itu, Wiranatakoeosoema juga tercatat sebagai pengurus dari klub
terkenal Bandung, U.N.I.
Selain tokoh-tokoh di atas, masih
banyak lagi tokoh politik lainnya yang terlibat dalam sepakbola pada
masa Hindia Belanda, antara lain J. Bijleveld (pemain Go Ahead Semarang
dan pendiri klub ini), lalu nama lain yang berasal dari militer Mayor
Jendral Max Bajetto yang masa mudanya bermain untuk klub B.V.C, atau
juga controleur Rembang yang kemudian menjadi Gubernur Jawa
Barat Schnitzler yang pernah menjadi kapten di salah satu klub sepakbola
di Hindia Belanda.
Sumber: http://sport.detik.com/aboutthegame/read/2013/04/16/152130/2221733/1497/voetbal-volksraad-dan-hari-sepakbola-hindia-belanda?b99220170
Tidak ada komentar:
Posting Komentar